Senin, 06 Juni 2011

Permainan BEREGU

BOLABASKET SEBAGAI PERMAINAN BEREGU


Mungkin semua pelatih sepakat jika dikatakan bahwa Bolabasket adalah permainan beregu, namun apakah aplikasinya di lapangan telah sesuai dengan paradigma di atas. Seringkali kita hanya bisa mengatakannya namun begitu sulit untuk menerapkannya di lapangan, untuk itu penulis mencoba untuk menerjemahkannya dengan segala keterbatasan yang penulis miliki. Penulis mencoba untuk memilah 3     ( tiga ) hal penting yang harus dimiliki oleh sebuah tim, yaitu : 

1.   Kolektifitas tinggi menjadikan tim lebih baik
Dalam hal ini sangat sulit untuk mencari acuan baku tentang kolektifitas sebuah tim, namun penulis mencoba menawarkan salah satu alternatif sederhana untuk melihat tingkat kolektifitas tim yaitu dengan melihat perbandingan antara Total Assist Tim dengan Total Point Tim. Perbandingan antara Total Assist Tim dengan Total Point Tim adalah minimal 1 : 3, artinya dari setiap 3 kali point yang dibuat oleh tim, minimal 1 kali berasal dari Assist.

Kriteria penilaian yang penulis coba ajukan adalah sebagai berikut :
a.       1 : 5  = Buruk
b.      1 : 4  = Cukup
c.       1 : 3  = Baik
d.      1 : 2  = Sangat Baik

Perbandingan ini telah penulis coba pada Tim Libama STIE Rawamangun tahun 1998 dan Tim Kobatama Bali Jeff CSP tahun 2001 – 2002 dan hasilnya sangat signifikan dengan hasil yang dicapai oleh Tim Bali Jeff CSP, dimana terlihat pemerataan kontribusi poin dari semua pemain. Acuan kolektifitas tim yang coba penulis tawarkan ini hanya berlaku untuk Offense, mungkin diantara pembaca ada yang tertarik untuk membuat acuan kolektifitas dalam Defense.

Kolektifitas tim tidak tentunya tidak terjadi begitu saja, perlu waktu yang cukup lama untuk menjalin kerja sama antara anggota tim, namun hal yang paling penting dan harus dilakukan adalah adanya saling respek antara sesama anggota tim, maupun antara pemain dengan pelatih. Respek adalah kata kunci yang harus dimiliki sebuah tim untuk dapat bermain dengan kolektifitas yang tinggi, dan respek ini hanya dapat terjadi jika adanya komunikasi yang baik antara sesama anggota tim ataupun antara pemain dengan pelatih, adapun komunikasi yang dimaksud disini adalah komunikasi dua arah dan bukan komunikasi satu arah. Slogan Bali Jeff CSP yang dicanangkan oleh Pelatih Kepala saat itu ( Kobatama 2000-2001 ), Iman Sulaiman, “ Basketball With Respect “ membuat tim Bali Jeff CSP dapat bermain sebagai sebuah tim, dan dengan sebagian besar berintikan pemain muda dapat berbicara banyak pada kompetisi Kobatama waktu itu   ( peringkat 5 pada tahun 2000 dan peringkat 6 tahun 2001 ).

2.   Pembagian Tugas = Tanggung Jawab
a.       Semua pemain dapat/ harus memberikan kontribusi terbaik untuk tim, sesuai dengan posisi dan tugasnya.
b.      Menghilangkan ketergantungan tim terhadap seorang pemain atau lebih.

Seorang pelatih harus dapat memberikan masukan-masukan positif kepada pemain mengenai kelebihan dan kekurangannya. Pelatih harus dapat melihat kelebihan seorang pemainnya dan menjadikannya hal positif untuk kepentingan tim, menanamkan kepercayaan diri kepada atlet adalah hal penting yang seringkali terlupakan oleh seorang pelatih. Pelatih cenderung untuk mencari kelemahan atletnya dan memanfaatkannya sebagai kambing hitam atas sebuah kegagalan.

Hal penting lainnya yang sering terjadi adalah pelatih terlalu meng-gantungkan harapan timnya kepada seorang atau lebih pemain bintang yang dimilikinya, namun melupakan untuk menggali potensi yang dimiliki oleh pemain lainnya. Ketergantungan sebuah tim kepada seorang atau lebih pemain bintang akan jadi bumerang jika pemain yang dimaksud tidak dapat dimainkan   ( cidera, sakit, atau halangan lainnya ), hal ini juga berakibat buruk kepada pemain lainnya yang tak mau atau tak mempunyai kesempatan untuk menggali potensi dirinya.

3.      Tidak ada pemain “yang paling berjasa” dalam tim.
a.       Seorang pemain bintang atau lebih tidak menjamin sebuah tim menjadi lebih baik.
b.      Tim yang baik menjadikan seorang  pemain atau lebih menjadi bintang.
c.       Sikap pelatih official, manajemen dengan tidak meng”hero”kan seorang pemain atau lebih akan lebih dihargai oleh pemain yang lainnya.
d.      Tak ada jaminan seorang pemain yang tampil baik pada suatu pertandingan, akan tampil baik pada pertandingan berikutnya, demikian juga sebaliknya.

Dalam hal ini bukan berarti penulis anti pemain bintang, karena bagaimanapun seorang pemain bintang dengan kharismanya dapat memecah perhatian lawan dalam melakukan pertahanan, atau seperti yang terjadi pada final Kobatama 2002, dimana Tim Satria Muda bertemu dengan Tim Aspac Texmaco, yang terjadi adalah kecanggungan bermain sebagian besar pemain-pemain Satria Muda, karena sebagian besar pemain tersebut mengidolakan pemain-pemain Aspac Texmaco.

Adanya seorang atau lebih pemain bintang dalam tim pada dasarnya kembali kepada pelatih yang menangani tim tersebut, apakah pelatih tersebut dapat “ menangani “ pemain-pemain bintang tersebut, dan jangan sampai terjadi pemain bintang yang menentukan keputusan di dalam maupun di luar lapangan

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More